Lampu bohlam, yang kita kenal juga sebagai lampu pijar, adalah salah satu sumber penerangan yang paling umum digunakan di rumah, kantor, dan ruang publik. Konsep Kimia yang ada pada lampu bohlam melibatkan interaksi yang kompleks antara proses fisika dan kimia yang menghasilkan emisi cahaya. Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi konsep kimia pada lampu bohlam dan cara kerjanya.
Struktur dasar lampu bohlam terdiri dari filamen tipis yang terbuat dari kawat tungsten, yang digulung untuk menambah luas permukaannya. Filamen ditempatkan di dalam bola kaca yang diisi dengan gas inert seperti argon atau nitrogen. Ketika arus listrik dialirkan, filamen memanas dan meman carkan cahaya.
Ilmu kimia yang terlibat dalam pengoperasian lampu bohlam adalah radiasi termal. Ketika filamen dipanaskan, ia memancarkan radiasi berupa foton dengan rentang energi yang luas. Radiasi ini termasuk cahaya tampak, serta bentuk lain dari radiasi elektromagnetik seperti sinar infra merah dan ultraviolet.
Warna spesifik cahaya yang dipancarkan oleh lampu bohlam ditentukan oleh suhu filamen. Pada suhu yang lebih rendah, filamen memancarkan cahaya merah dan oranye, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, memancarkan cahaya putih. Namun, saat filamen memanas, ia juga mulai menguap, yang pada akhirnya menyebabkan lampu putus.
Untuk mencegah filamen menguap terlalu cepat, lampu bohlam diisi dengan gas inert, seperti argon atau nitrogen, yang membantu memperlambat proses penguapan. Gas juga membantu meningkatkan efisiensi lampu dengan mengurangi jumlah energi yang hilang dalam bentuk panas.
Faktor penting lainnya dalam penggunaan lampu bohlam adalah ketahanan filamen. Kawat tungsten yang digunakan untuk membuat filamen memiliki resistansi yang relatif tinggi, yang berarti filamen ini dapat menghasilkan lebih banyak energi panas ketika arus listrik melewatinya. Panas inilah yang menyebabkan filamen memancarkan cahaya.
Namun, resistansi filamen yang tinggi juga membuatnya rentan putus. Untuk mencegahnya, filamen biasanya terbuat dari kawat yang lebih tebal, yang mengurangi hambatannya dan meningkatkan kekuatannya.
Kesimpulannya, reaksi kimia pada lampu bohlam melibatkan interaksi yang kompleks antara proses fisika dan kimia yang menghasilkan emisi cahaya. Faktor kunci yang terlibat dalam pengoperasian lampu bohlam meliputi radiasi termal, penggunaan gas inert, dan ketahanan filamen. Walaupun lampu bohlam menjadi kurang umum karena efisiensinya yang relatif rendah, bohlam masih menjadi sumber penerangan yang penting dalam beberapa hal.
Sumber :
- “The Chemistry of Light Bulbs” by Eustace A. Smith, Journal of Chemical Education, Vol. 53, No. 8, August 1976, pp. 490-491.
- “How Incandescent Light Bulbs Work” by Craig Freudenrich, Ph.D., HowStuffWorks.com, accessed February 16, 2023,
- “Incandescent light bulb” by Wikipedia contributors, Wikipedia, The Free Encyclopedia, accessed February 16, 2023,