Siapa yang tak kenal Bill Gates? Dia adalah co founder Microsoft yang namanya selalu berada dalam daftar orang terkaya di dunia. Hampir semua orang di dunia ini mengenalnya sebagai seorang yang jenius dan kaya. Fakta lain yang sudah banyak diketahui orang adalah dia tidak pernah menyelesaikan kuliahnya di Harvard. Namun, bagaimana dia bisa menjadi orang terkaya di dunia walapun tidak lulus kuliah? Bill Gates dan orang-orang kaya lainnya memiliki kesamaan yang mengantarkan mereka menjadi orang yang sukses.
Thomas C. Corley, penulis buku Change Your Habits, Change Your Life, mengungkapkan bahwa orang-orang kaya mempunyai kebiasaan yang sama. Salah satunya adalah kebiasaan membaca secara konsisten. Corley mencatat bahwa 88% orang kaya meluangkan waktu 30 menit atau lebih setiap harinya untuk membaca. Bill Gates membaca 50 buku setiap tahunnya. Dia juga kerap kali menceritakan buku apa saja yang dibacanya di blog pribadinya, gatesnote.com. Warren Buffet, pengusaha dan investor sukses, membaca 500 halaman per harinya. Juga Elon Musk dikenal sebagai anak kutu buku yang menghabiskan dua buku setiap hari.
Mereka membaca untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan kemampuan. Pada umumnya mereka membaca tiga jenis bacaan: biografi orang sukses, buku pengembangan diri, dan buku sejarah. Kebiasan membaca yang mereka lakukan tersebut telah membantu mereka menaiki tangga kesuksesan.
Sudah lazim diketahui, kemajuan suatu bangsa berkorelasi dengan tingkat literasi bangsa tersebut. Negara Swiss misalnya, yang masuk ke dalam peringkat besar negara literat di dunia, adalah negara dengan penemuan terbanyak di dunia. Di negara maju seperti Amerika dan Inggris, kegiatan membaca tidak dilakukan karena keharusan, tetapi sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Di Indonesia sendiri, budaya membaca masih kurang diminati. Peringkat Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada tahun 2018 berada dalam urutan bawah. Untuk kompetensi membaca, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. 70% siswa masih di bawah standar kompetensi yaitu tidak mampu menemukan gagasan utama atau informasi penting dalam teks pendek. Hal ini tentu fakta yang sangat menyedihkan karena kemampuan membaca merupakan keahlian dasar untuk menguasai berbagai bidang ilmu. Masih banyak siswa yang membaca karena tugas, bukan karena kegiatan yang menyenangkan atau untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Alhasil, membaca pun dianggap sebagai kegiatan yang membosankan.
Di era industri 4.0 yang segala sesuatunya bersifat cepat, kita harus segera berbenah dan menyiapkan diri karena tantangan yang dihadapi semakin sengit dan berat. Bonus demografi Indonesia diprediksi mencapai puncaknya tahun 2030 dan diperkirakan jumlah penduduk usia produktif mencapai 64% dari 297 juta jiwa. Saat itu, Indonesia berpotensi menjadi negara yang besar dan mendominasi Asia. Namun, jika kita tidak mempersiapkan diri, kita hanya akan menjadi penonton di negeri sendiri.
Generasi literasi harus segera disiapkan agar generasi berdaya saing juga terwujud. Pemerintah sudah melakukan beberapa langkah agar tujuan tersebut tercapai, yaitu dengan mengampanyekan literasi, digitalisasi perpustakaan, dan lain sebagainya. Namun, langkah paling besar dalam menciptakan generasi literasi ada dalam lingkup keluarga. Keluarga merupakan fundamental dalam sebuah negara dan berperan penting dalam mencetak generasi yang berkualitas bagi sebuah negara.
Generasi literasi bisa dimulai dari keluarga. Kegemaran membaca seyogyanya harus dilakukan sejak dini dalam keluarga. Pada usia enam bulan, anak sudah bisa diperkenalkan dengan buku. Orang tua harus memperhatikan jenis bacaan dan buku yang seusai dengan umur anak. Untuk anak di bawah satu tahun, orang tua bisa membacakan dengan menunjuk gambar dan menyebutkan katanya. Hal ini akan merangsang indera pendengaran dan motoriknya.
Buatlah rutinitas membacakan anak buku sebelum tidur. Bacakan dengan suara yang menarik dan mimik yang lucu agar anak tertarik. Awalnya memang agak canggung dan belum terbiasa karena kita bukanlah seorang aktor atau tidak pandai berekspresi. Namun setelah berjalan beberapa waktu, akan semakin lancar membacakannya buku dengan suara dan ekspresi yang lucu. Kegiatan mendongeng ini bila konsisten dilakukan akan memperkaya kosakata anak dan juga mengasah imajinasi dan daya ingat anak serta meningkatkan IQ anak. Selain itu, juga mempererat ikatan antara anak dan orang tua.
Apabila liburan sering diisi dengan berjalan-jalan ke mall atau bermain gawai, mulailah tambah aktivitas liburan dengan pergi ke toko buku atau perpustakaan. Dalam situasi pandemik seperti ini, kita bisa membelinya melalui toko online atau situs resmi. Pemerintah pun kini telah menyediakan perpustakaan dengan fasilitas cukup bagus yang diharapkan menarik masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Pemerintah berusaha menghapus citra perpustakan yang tua dan pengap tentang perpustakaan. Perpustakan Kota Bogor misalnya, melengkapi perpustakaan dengan mainan edukatif, pendingin ruangan, dan pilihan buku yang bervariasi.
Jika memungkinkan, sediakan ruang untuk perpustakaan keluarga di rumah. Atur buku-buku dengan rapi, hias dengan menarik, dan buat senyaman mungkin. Jadikan ruang tersebut sebagai pusat kegiatan anak bermain dan belajar. Dari sini, budaya literasi akan meningkat dan menjadi kebiasaan dalam keluarga.
Setelah perpustakaan keluarga sudah tersedia, maka yang anak butuhkan adalah role model. Anak adalah peniru ulung. Oleh sebab itu, perlu adanya role model atau teladan yang dicontoh. Jika menginginkan anak yang gemar membaca, orangtua juga harus membiasakan diri membaca. Kita tidak bisa menyuruhnya untuk gemar membaca sedangkan kita sibuk bermain gawai atau menonton televisi. Dengan orangtua sebagai role model, anak bisa berdiskusi dengan orang tua mengenai banyak hal karena memiliki orangtua yang juga berwawasan luas dan literat.
Mengubah suatu kebiasan atau menciptakan kebiasan yang baru tidaklah instan. Diperlukan konsistensi dan kesabaran dalam menerapkan pola pembiasaan membaca. Setelah aspek pembiasaan membaca di keluarga sudah terpenuhi, diharapkan generasi literasi lahir di keluarga kita, yaitu generasi berdaya saing, kritis, dan tangguh.Apabila dengan kegemaran membaca buku kita bisa menjadi pribadi yang sukses, maka dengan membaca Alquran, kita akan menjadi insan yang selamat dan beruntung. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menyeru kepada umatnya untuk gemar membaca, dalam hal ini membaca Alquran: Bacalah Alquran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya (HR. Imam Muslim).
[1] Tanza Laudenbeck, “17 habits of self-made millionaires, from a man who spent 5 years studying rich people”, https://www.businessinsider.com/personal-finance/good-habits-of-self-made-millionaires? (diakses pada 17 November 2020)
[2] PISA merupakan metode penilaian internasional yang menjadi indikotar untuk mengukur kompetensi siswa di tingkat dunia.
[3] Ayunda Pininta Kasih, “Nilai Pisa Siswa Indonesia Rendah, Nadiem Siapkan Strategi Ini”, https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/05/154418571/ (diakses pada 17 November 2020)
[4] Jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia lansia dan anak-anak.