Bagaimana Membangun Optimisme di Tengah Krisis?

Pemandangan Cahaya Rancamaya
Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School

Bahwasanya Abû Hurairah berkata, “Aku telah mendengar Nabi saw. bersabda, “Tidak ada ramalan nasib sial. dan yang terbaiknya adalah optimisme.” Ada yang bertanya. “Wahai Rasulullah, apa itu optimisme?” Beliau menjawab, “Yaitu kalimat baik yang didengar oleh salah seorang kalian.”

(H.R. Muslim)

Hadis tersebut menegaskan bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok yang sangat optimis dalam kenabian dan menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah swt. Kita bisa menyaksikan bagaimana keberhasilan beliau menjalankan misi kenabian selama kurang lebih 23 tahun. Tidak ada sesuatu yang instan dalam tugas yang beliau jalankan, bahkan sebenarnya jika Rasulullah menginginkan hal tersebut bisa dikatakan tidaklah sulit, namun beliau dengan segala optimismenya dalam berjuang bahkan sampai harus kehilangan orang-orang yang dikasihinya, dapat mengakhiri tugas kenabian dengan sempurna melalui perjuangan yang sangat gigih.

Nah, lalu bagaimana dengan kita? Bisakah kita memiliki sikap optimis terhadap segala tantangan? Mungkin ini pertanyaan yang sering kita dengarkan atau kita baca pada tulisan-tulisan di berbagai media, baik cetak ataupun online. Optimisme sendiri merupakan sikap kualitas yang lebih diasosiasikan dengan usaha mencapai kesuksesan atau bisa juga kebahagiaan ketimbang hal-hal lainnya. Kita semua menghadapi tantangan luar biasa sekarang ini dan kondisi ini masih terus berlangsung, dimana kekacauan (volatility), ketidakpastian (uncertanty), chaos (kekacauan), ambiguity (ambiguitas) hadir di tengah-tengah kita.  Kondisi ini yang disebut sebagai dunia VUCA. Sebenarnya yang perlu diperhatikan dari kondisi adalah reaksi kita yang bisa menentukan seberapa cepat kita dapat beradaptasi dan mengatasi semuanya. Nah, biasanya ada dua jenis pandangan orang terhadap kehadiran tantangan, yaitu pandangan orang-orang yang optimis atau pesimis. Kemampuan Anda untuk menemukan pandangan kaum optimis terhadap suatu tantangan akan mempengaruhi kesuksesan/keberhasilan hidup Anda secara keseluruhan. Yakinkah atau kurang yakin? Nah, berikut ini merupakan rangkuman Bryan Tracy tentang syarat-syarat membangun sikap optimis yang bisa Anda gunakan ketika dihadapkan pada sebuah tantangan dan untuk memastikan bahwa Anda dan juga saya tetap berada pada jalur optimisme yang tinggi.

Syarat yang pertama untuk menjaga sikap optimis adalah dengan mengontrol reaksi dan tanggapan Anda ketika dihadapkan pada sebuah tantangan. Sosok optimis dan seorang pesimis cenderung memiliki reaksi yang sangat berbeda saat menghadapi hal ini. Sosok optimis melihat kemunduran/kegagalan sebagai sesuatu yang sementara, sedangkan orang-orang pesimis melihat hal itu sebagai suatu hal yang permanen. Sosok optimis melihat peristiwa yang tidak menguntungkan jika dianggap sebagai pesan gagal dan menganggap hal ini sebagai peristiwa sementara, karena memang sifatnya terbatas waktu dan tidak memiliki dampak nyata baginya di masa depan. Lain halnya dengan orang yang pesimis, di sisi lain melihat peristiwa negatif sebagai sesuatu yang permanen, menyandarkannya sebagai buah kesalahan kehidupan bahkan cenderung menyalahkan takdir; Apabila Anda menemukan diri Anda dalam situasi seperti ini, luangkan waktu sejenak untuk benar-benar merenungkan tantangan sebelum Anda bereaksi, cobalah untuk memvisualisasikan langkah selanjutnya menuju perbaikan daripada menanggapi kemunduran di masa lalu yang tidak bisa Anda kendalikan.  

Syarat yang kedua, cobalah untuk mengisolasi setiap peristiwa. Perbedaan lain dari orang-orang optimis dan pesimis adalah si optimis melihat segala kesulitan sebagai peristiwa tunggal, sedangkan yang pesimis melihatnya sebagai sesuatu yang beruntun dan dicari-cari kesalahan secara majemuk, artinya hanya fokus kepada kesalahan dibandingkan mencari solusi atas permasalahan. Yang berarti ketika ada yang salah, bagi sosok optimis dia melihat peristiwa itu sebagai insiden yang harus diisolasi dari sebagian besar hal-hal yang bakal terjadi dalam kehidupan mereka. Sedangkan sosok pesimis akan mengambil kejadian itu dan menambahkannya ke dalam daftar kerumitan dari hal-hal lain yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka memiliki pandangan yang sebagian besar negatif tentang segala hal dan cenderung memperluas cakupan stres yang diperparah. Cobalah untuk mengingatkan diri Anda sendiri bahwa jangan hanya karena Anda mengalami satu kemunduran di satu bidang apakah itu sebuah tugas  yang tertinggal atau tidak mencapai target tertentu yang ingin dicapai dan lain-lain, tidak berarti bahwa seluruh tujuan dan target sudah usang atau selesai, padahal Anda mungkin hanya perlu mengubah rencananya saja. Analogi hal ini adalah pada saat rem mobil kita bermasalah, jangan karburator yang diperiksa atau diperbaiki, karena tidak ada kaitannya, padahal karburatornya baik-baik saja.

Syarat yang ketiga agar konsisten bersikap optimis terhadap tantangan adalah melihat kemunduran dari usaha yang kita lakukan sebagai peristiwa yang memotivasi agar bisa bangkit menuntaskannya; misalnya jika proyek yang Anda jalani gagal terwujud kemudian langsung Anda menafsirkannya sebagai sesuatu yang belum menguntungkan bukan tidak menguntungkan, karena bisa jadi masih ada kesempatan yang bisa menghasilkan. Peristiwa yang terjadi dalam perjalanan bisnis/usaha/pekerjaan Anda harus disikapi secara optimis. Beda halnya dengan orang pesimis, yang di sisi lain melihat peristiwa kemunduran penuh dengan kekecewaan dalam jangka waktu yang panjang; Nah jika Anda menemukan diri Anda dalam situasi ini, luangkan waktu sejenak untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Anda selalu mampu melakukan perubahan karena tidak ada yang pasti di dunia ini.

Syarat berikutnya yang keempat adalah, untuk menjadi optimis itu jangan mengambil kegagalan sebagai sesuatu yang terlalu personal, atau jangan baperan lah. Terkadang memang sangat sulit untuk melihat sisi positif dari satu kegagalan. Seorang yang optimis melihat setiap peristiwa gagal sebagai faktor eksternal, sementara pesimis menafsirkan peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang sangat personal dan cenderung menyalahkan bukan memperbaiki kesalahan. Ketika ada yang salah, orang yang pesimis akan cenderung melihat kemunduran atau kegagalan sebagai hasil dari faktor eksternal di mana ia memiliki kendali yang sangat minim terhadap hal ini, sedangkan orang yang optimis mencoba untuk tidak mengambil sebuah situasi secara personal meskipun kegagalan bukanlah sesuatu yang ingin dihadapi oleh siapa pun, karena orang-orang optimis menggunakannya sebagai kesempatan belajar. Jika sosok optimis dibuat tak berdaya dalam kondisi kemacetan di jalan raya misalnya, alih-alih marah atau kesal, dia hanya akan tidak menganggap arti pentingnya tempat yang akan dituju dengan mengatakan begini “oh baiklah saya rasa kawan saya kurang beruntung karena saya tidak jadi menemuinya”. Orang yang optimis tidak akan berpikir bahwa mereka terputus dari segala kesempatan (stuck) dengan manganggap ini semua akibat orang-orang di jalanan yang berniat jahat terhadap dirinya sehingga ia terjebak dalam kemacetan. Nah bagaimana dengan si Pesimis? Di sisi lain ia memiliki kecenderungan untuk mengambil segala sesuatu secara personal; jika pesimis tejebak dalam lalu lintas kemacetan dia akan bereaksi seolah-olah pengemudi lain telah dengan sengaja membuatnya marah dan menggagalkan rencana pertemuannya.

Syarat yang terakhir untuk tetap optimis terhadap tantangan adalah tetap tenang. Lagi-lagi sepertinya hal ini sepertinya lebih mudah diucapkan daripada dilakukan ketika tantangan tersebut muncul. Ciri khas dari kepribadian yang matang, semua elemen pikirannya berfungsi dengan baik, ia bisa mengaktualisasi diri dengan kemampuan yang dimiliki untuk menjadi obyektif dan tidak emosional ketika terjebak dalam goncangan kehidupan sehari-hari yang sulit terelakkan. Orang yang unggul memiliki kemampuan untuk terus berbicara kepada dirinya sendiri dengan cara yang positif dan optimis, menjaga pikirannya dengan tenang dan jernih; sepenuhnya terkendali dengan baik. Kematangannya dalam menghadapi sesuatu lebih rileks dan sadar, serta mampu menafsirkan setiap peristiwa secara lebih realistis dan tidak emosional dibandingkan orang dengan kepribadian yang tidak memiliki kedewasaan. Sebagai hasilnya, orang yang memiliki kematangan berpikir akan mengerahkan sebuah kendali dan pengaruhnya yang jauh lebih besar atas lingkungannya dan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk marah, kesal atau terganggu pada saat hambatan menghampiri. Jika Anda merasa kewalahan atau sepertinya darah Anda mendidih berhadapan dengan rintangan, berlatihlah bersikap tenang dalam situasi ini. Yang akhirnya lihatlah gambaran yang lebih besar dan untuk mencapai tujuan jangka panjang; Anda harus menyadari bahwa kegagalan yang tak terhindarkan yang Anda hadapi bersifat sementara akibat dari pandangan eksternal. Terhadap situasi negatif, pandanglah hal ini sebagai peristiwa tunggal yang tidak terkait dengan peristiwa potensial lainnya dan sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor eksternal di mana Anda memiliki sedikit kendali terhadapnya. Penolakan sederhana dengan melihat peristiwa negatif sebagai sesuatu yang permanen menunjukkan nirkompetensi personal alias ketidakmampuan. Berpikirlah layaknya orang yang optimis, apa pun yang terjadi. Anda mungkin tidak dapat mengontrol setiap kejadian, tetapi Anda dapat mengontrol cara Anda bereaksi terhadap peristiwa yang datang menghadang. Lebih awal Anda mempelajari segala sesuatu, akan semakin membuat Anda optimis menghadapi berbagai hal yang tidak menentu. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana Anda akan menerapkan syarat-syarat ini untuk menjadi lebih optimis di dalam kehidupan sehari-hari.

Dr. Ari Rosandi, SS., M.Pd
Praktisi Pendidikan

Sumber :

  1. Tracy, Bryan. “How to Be Optimistic During Challenges” YouTube, diunggah oleh Bryan Tracy, 9 Oktober 2020, https://www.youtube.com/watch?v=g1hYYIMVl_I.
Share
×
Assalamualaikum

Terima kasih telah berkunjung ke website Cahaya Rancamaya Islamic Boarding School. Silakan klik nama di bawah.

× Tanya Kami