Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang erat hubungannya dengan komunikasi antara guru dan siswa. Hal tersebut menuntut adanya koneksi yang terjalin dengan baik antara kedua komponen tersebut untuk terciptanya proses pembelajaran yang tidak hanya efektif dalam penyampaian materi pembelajaran, tetapi juga dapat menumbuhkan semangat dan keikhlasan dalam belajar. Tentunya hal tersebut menjadi satu harapan setiap guru untuk dapat melihat siswa-siswanya bersemangat dan berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Itu sebabnya, Keberadaan siswa tentunya tidak hanya sebagai target dari proses pembelajaran itu sendiri, namun lebih dari itu, siswa menjadi bagian dari motor penggerak dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Siswa dapat mewarnai pembelajaran yang serius menjadi santai, menghiasi pembelajaran yang sulit menjadi menyenangkan, namun terkadang juga mengubah suasana kelas yang cerah menjadi sedikit mendung.
Guru dan siswa senantiasa dapat saling mendukung dan bersinergi pada setiap kegiatan dalam pembelajaran. Di satu sisi setiap guru selalu berusaha untuk dapat meningkatkan kreatifitasnya dalam mengajar dengan cara mengaplikasikan berbagai macam kegiatan yang menarik. Sedangkan di sisi lain siswa juga berusaha dengan sabar untuk mengikuti instruksi-instruksi dari setiap kegiatan yang diberikan. Jadi, apakah benar proses pembelajaran itu selalu berjalan sesuai dengan proses tadi? Mungkinkah setiap perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh seorang guru selalu berjalan dengan lancar? Dan apakah siswa selalu merespon baik setiap kegiatan yang diberikan guru dengan antusias dan penuh semangat?. Tentunya akan ada banyak sekali pertanyaan terkait bagaimana proses pembelajaran yang ideal. Hal itu tidak dapat kita nilai dari penampakan luarnya saja. Seperti misalnya pembelajaran yang terlihat teratur, siswa belajar dengan senyap dan duduk dengan rapih menghadap ke depan, bukan merupakan jaminan bahwa proses pembelajaran seperti itu dicap sebagai pembelajaran yang tidak menyenangkan atau bahkan membosankan. Karena faktanya banyak juga siswa yang merasa senang dan nyaman dengan proses pembelajaran seperti itu. Begitu pula dengan pembelajaran yang terlihat gaduh, siswa belajar dengan canda tawa dan posisi duduk siswa tidak beraturan bahkan sebagian berlari-lari, bukan berarti proses pembelajaran tersebut dianggap tidak efektif atau bahkan hanya membuang-buang waktu. Karena sekali lagi faktanya banyak siswa lebih dapat memahami pelajaran dengan proses tersebut. Oleh karena itu, keberagaman karakter siswa juga menjadi warna tersendiri dalam setiap proses pembelajaran yang menjadi tantangan dalam setiap pengaplikasian suatu kegiatan.
Pemberian variasi kegiatan sangat berperan penting dalam sebuah proses pembelajaran. Dimana hal ini selain dapat menyesuaikan dengan karakter setiap siswanya, juga dapat memberikan jiwa yang berbeda pada setiap proses pembelajaran. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kegiatan tersebut dapat bersifat individu dan juga dalam bentuk kelompok. Kegiatan yang bersifat individu memiliki banyak manfaat, salah satunya membangun karakter siswa untuk dapat mandiri dan berpikir dengan maksimal. Sedangkan kegiatan kelompok memiliki manfaat yang paling dirasakan siswa dalam hal komunikasi serta bertukar pikiran. Khusus kegiatan kelompok atau sering dikenal dengan istilah Cooperative Learning, banyak sekali digunakan dalam proses pembelajaran seperti Think Pair Share, Jigsaw, Round Robin, Think Pair Square, Three Steps Interview dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa kegiatan tersebut dapat mengajak siswa yang cenderung pasif untuk turut berperan aktif di dalamnya, karena setiap individu memiliki peran dan tugas masing-masing untuk mencapai target yang telah ditentukan. Sehingga siswa akan saling memotivasi dan saling menyemangati satu sama lain.
Pada dasarnya siswa akan mengikuti setiap kegiatan yang diberikan oleh guru. Namun perbedaannya terdapat pada respon dari siswanya itu sendiri. Ada siswa yang langsung bersemangat mengikutinya, ada pula siswa yang perlu dimotivasi dan disupport terlebih dahulu. Oleh karena itu sesekali guru harus memberikan kegiatan yang dapat memonitor siswa dengan fokus, baik per individu ataupun per kelompok. Karena tidak jarang Ketika siswa diberikan suatu kegiatan yang berbentuk individu atau kelompok, terdapat siswa atau kelompok yang mampu dengan cepat melakukan kegiatan yang kita berikan dan terdapat pula siswa atau kelompok yang membutuhkan proses dalam melaksanakannya. Hal ini menjadi sebuah tantangan Ketika satu siswa atau kelompok lebih dulu menyelesaikan kegiatan yang diberikan, biasanya mereka mengobrol atau bahkan bermain sambil menunggu siswa atau kelompok yang lain menyelesaikan kegiatannya. Pada saat inilah dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat mengkondisikan siswa atau kelompok tersebut agar tetap kondusif dan tetap focus pada pembelajaran sehingga waktu mereka tidak terbuang dengan percuma. Kegiatan ini dinamakan dengan Sponge Activity. Hunter (2004:117) dalam bukunya memaparkan bahwa, sponge activity is to describe learning activities that soak up precious time that would otherwise be lost. Dari pernyataan Hunter tersebut dapat kita simpulkan bahwa sponge activity ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memaksimalkan waktu belajar siswa sehingga lebih berkualitas dari awal sampai akhir pembelajaran. Dengan kata lain melalui sponge activity ini juga, siswa atau kelompok yang sedang menunggu yang lainnya menyelesaikan tugas sebelumnya, akan disibukan dengan sponge activity tersebut dan tidak ada waktu untuk membicarakan hal di luar materi pembelajaran.
Selanjutnya muncul pertanyaan mengenai bentuk kegiatan dari Sponge Activity tersebut, seperti apa dan bagaimana pengaplikasiannya. Pada dasarnya Sponge Activity ini bentuknya sudah sangat tidak asing bagi setiap proses pembelajaran, namun yang membuatnya lebih efektif adalah dengan diaplikasikan pada situasi yang sudah dipaparkan sebelumnya. Fisher and Frey (2012), menambahkan bahwa, when teachers prepare sponge activities that encourage review and practice, no instructional time is lost and they can ensure that every minute is used for learning. Bentuk dari Sponge Activity bermacam-macam, namun berdasarkan pernyataan ini dapat kita ambil catatan bahwa kegiatan mereview materi dan memberikan praktek yang sederhana juga termasuk ke dalam Sponge Activity. Oleh karena itu Sponge Activity ini dapat diaplikasikan pada semua mata pelajaran sebagai tambahan dan persiapan ketika terdapat situasi yang serupa. Namun apakah Sponge Activity ini dapat diterapkan pada situasi pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini?. Tentunya dengan kondisi pembelajaran jarak jauh ini setiap siswa cenderung belajar secara individual dan pasif karena kurangnya interaksi dan komunikasi secara langsung. Sehingga lebih banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah membuat siswa yang pasif tersebut menjadi aktif dalam setiap proses pembelajaran. Maka diharapkan penggunaan Sponge Activity ini mampu memaksimalkan waktu belajar siswa dalam kondisi pembelajaran online.
Referensi:
Hunter, R. (2004). Madeline Hunter’s mastery teaching: Increasing instructional effectiveness in elementary and secondary schools. Thousand Oaks, CA: Corwin.
Fisher, D., & Frey, N. (2012, November). I have a few minutes left, now what? Maximizing learning when lessons run short. Engaging the Adolescent Learner. Retrieved from http://warrensburg.k12.mo.us/webdesign/wd4/FisherFreyNov2012.pdf